Pengantar
Sejumlah buku sudah terbit dan mengungkapkan sejarah politik kontemporer Indonesia, khusus masa lahirnya reformasi yang ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto dari gelanggang politik di Indonesia. Buku-buku tersebut — beberapa di antaranya ditulis oleh pelaku sejarah — telah membantu kita menelaah sejarah perpolitikan di Indonesia, dalam sebuah kurun waktu tertentu. Tetapi, sejujurnya, buku yang ditulis secara deskriptif dengan berbagai sumber-sumber utama dan sekunder itu, belum lengkap mengungkapkan apa yang sebetulnya telah terjadi.
Dengan kehadiran buku Detik-Detik Yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, ditulis oleh Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI, semakin melengkapi khazanah sejarah politik kontemporer Indonesia. Bacharuddin Jusuf Habibie, salah seorang pelaku utama sejarah pada masa lahirnya reformasi di Indonesia. Fakta yang dihadirkan dalam buku ini otentik, berdasarkan catatan dan pengalaman pribadi pelaku sejarah yang belum pernah diungkapkan. Fakta yang ada, tidak diberi "hiasan" dan "warna", tetapi disampaikan seperti apa adanya.
Selain memberikan fakta-fakta sejarah, penulis pun melakukan analisis apa yang telah terjadi. Penulis memberikan penilaian dan penjelasan tentang langkah-langkah serta gagasan maupun keputusan penting yang telah diambilnya dalam gaya penulisan inner dialog. Sebuah percakapan dengan diri dan hati nuraninya dalam menghadapi sebuah peristiwa atau kejadian yang dihadapinya. Tidak hanya itu, beberapa bagian tulisan, disuguhkan berupa "dramatisasi" beberapa peristiwa, selain suspensi, dengan gaya khas penulisnya membuat pembaca buku ini seperti membaca sebuah novel.
Dengan latar belakang profesi penulis sebagai insinyur, ditambah pengalaman sebagai salah seorang tokoh sentral dalam pemerintahan lebih dari dua dekade, Bacharuddin Jusuf Habibie, mendemonstrasikan secara unik, bahwa pemikiran dan analisis yang menghasilkan kebijakan penting pada masa-masa pemerintahannya, berlandaskan sejumlah "model" yang dikembangkannya sendiri. Model-model itulah yang menuntun dan menjadi pegangannya dalam membuat analisis sebelum menentukan sebuah tindakan dan kebijakan. Kerena itu, pelaku sejarah ini yakin, tidak satu pun kebijakan yang diambilnya dilakukan secara acak atau random. Itulah sebabnya, Bacharuddin Jusuf Habibie melaksanakan tugas-tugasnya secara konsisten dan konsekuen. Tindakan tersebut terbentuk oleh motivasi yang dilandasi nilai agama dan budaya yang telah melekat pada dirinya. Nilai itu pula telah menjadi prinsiphidup dan menjadi karakter pribadinya.
Dalam episode sejarah pemerintahannya, pelaku sejarah selamat mentransformasi sistem kekuasaan otoriter ke sistem demokrasi. Menyelamatkan negara dan bangsa Indonesia dari ancaman — seperti yang ditulis dalam buku ini — proses "Balkanisasi" dan "perang saudara", sebagaimana yang terjadi pada beberapa negara dan bangsa lain, yang harus membayar reformasi dan demokratisasi dengan amat mahal, pecah berkeping-keping oleh perang saudara. Karena itu, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dalam sejarah politik di Indonesia reformasi telah terjadi, tetapi akan menjadi lain hasilnya tanpa kehadiran Bacharuddin Jusuf Habibie.
Bacharuddin Jusuf Habibie baru mengungkapkan sebagian kecil dalam buku ini. Sebagai pelaku utama sejarah pada masa kelahiran reformasi, ribuan halamanan lainnya — yang masih dalam bentuk tulisan tangan — masih disimpannya dan hanya akan dikeluarkan pada suatu masa kelak.
Fakta dan ungkapan yang ada dalam buku ini, hanyalah "detik-detik" yang dianggap penting dan bisa dipublikasikan, tanpa dampak politik yang akan memengaruhi jalannya reformasi di Indonesia. Buku ini ditulis berdasarkan catatan harian yang menjadi kebiasaannya sejak kecil, serta laporan yang diterimanya.
Mengenai judul buku " Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Menuju Demokrasi" , menurut penulis dipilih berdasar pertimbangan bahwa semasa menjabat sebagai presiden, penulis menyadari bahwa Indonesia sedang berada pada "persimpangan jalan", suatu keadaan yang kritis, yang kalau ia mengambil kebijakan (jalan) yang salah, akan dapat berakibat perang saudara atau balkanisasi. Ia memilih suatu proses evolusi yang dipercepat dengan perencanaan yang matang, sebagai upaya penyelamatan bangsa dari situasi kritis tersebut.
Penulis banyak mengambil keputusan yang tidak popular, baik yang bersifat irreversible — seperti masalah Timor Timur, kemandirian Bank Indonesia, dsb. — maupun yang bersifat reversible. Keputusan tersebut diambil dengan cepat dangan memperhitungkan sekecil mungkin risiko yang mungkin terjadi. Itulah mengapa Penulis memilih istilah " Detik-detik yang Menentukan" .
Sementara "Jalan Panjang Menuju Demokrasi" dipilih karena apa yang dilakukannya tersebut merupakan bagian yang menentukan dari suatu proses demokratisasi Indonesia, yang masih dan akan terus berlangsung sampai tata-kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia terapai.
Isi buku ini — sebagai bagian dari catatan pribadi pelaku sejarah — akan menjadi sebuah unit sejarah yang penting, bagian dari "mosaik" episode sejarah bangsa Indonesia yang panjang dan berkelanjutan.
Struktur buku ini terdiri dari dua bagian utama. Tulisan inti terdapat pada Bab I sampai dengan Bab IV, selebihnya Prolog dan Epilog. Bab I sampai Bab IV dibuat oleh penulisnya sebagai pelaku sejarah, sementara Prolog dan Epilog, ditulis oleh sebuah tim, berdasarkan fakta dari berbagai sumber tertulis, serta pendapat dan analisis dari sejumlah pelaku sejarah lain yang terlibat langsung dalam reformasi.
Mengapa baru enam tahun lebih setelah masa kepresidenannya Penulis mempublikasikan catatannya?
Dari penjelasan penulis, diketahui ada dua alasan mengapa buku ini baru diterbitkan.
Pertama, Penulis ingin agar buku ini dapat ikut membantu terciptanya situasi kondusif bagi proses tranformasi bangsa menuju kehidupan demokrasi. Mengingat sebagian isinya dapat "mengganggu" apabila diterbitkan terlalu dini, maka penulis memilih waktu yang tepat untuk menerbitkannya, yaitu tatkala proses konsolidasi demokrasi bangsa telah semakin mantap, yang antara lain ditandai dengan terlaksananya pemilihan pimpinan (nasional dan daerah) secara langsung oleh rakyat, melalui pemilihan yang jujur dan adil.
Kedua, sebagaimana diketahui, kurang dari sebulan setelah menyelesaikan tugas sebagai presiden, penulis bersama keluarga mendirikan The Habibie Center (THC), suatu lembaga kajian yang mandiri dan non-politik sebagai wahana untuk — bersama-sama dengan para koleganya —ikut mengawal proses transformasi bangsa menuntaskan reformasi. Itulah sebabnya THC memfokuskan kegiatannya pada kajian dan advokasi bagi tegaknya kehidupan demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia. Begitu besarnya harapan penulis pada lembaga yang didirikannya ini, sampai-sampai penulis menunda beberapa bulan untuk mengantar istrinya berobat ke Jerman, guna meyakinkan lembaga yang didirikannya itu telah benar-benar berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Dan THC inilah — melalui salah satu sayap kegiatannya, PT THC Mandiri — yang dipercaya penulis untuk menerbitkan buku ini.
Melalui penerbit, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam penulisan buku ini. Terutama kepada tim editor: Andi Makmur Makka dan Ahmad Watik Pratiknya, serta kepada tim "reader" yang juga memberi masukan untuk penulisan Prolog dan Epilog, yaitu: Satrio B. Joedono, Muladi, Dewi Fortuna Anwar, Abdul Malik Fadjar, Sofian Effendi, Haryanto Dhanutirto, Wardiman Djojonegoro, Umar Juoro.
Terima kasih penulis juga disampaikan kepada Ryaas Rasyid, Quraish Shihab, Hermawan K. Dipojono, Hidayat Nurwahid, Robert Elson, dan Bilveer Singh. Begitu pula kepada segenap staf The Habibie Center yang telah turut berpartisipasi mempersiapkan penerbitan buku ini
Buku ini disumbangkan kepada khazanah sejarah Indonesia. Namun, penulis berkeinginan pula mengetahui, bagaimana reaksi orang lain mengenai apa yang telah diungkapkannya. Dengan harapan, buku ini akan memberi motivasi dan stimulus bagi siapa pun untuk menuliskan pula apa yang mereka ketahui dan alami pada masa-masa bersejarah tersebut. Dengan demikian, terbukalah lebih banyak prespektif yang akan memperkaya penulisan sejarah Indonesia khususnya masa reformasi.
Kami menyadari, buku ini belumlah sempurna, karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk lebih menyempurnakannya pada edisi-edisi mendatang.
Terima kasih.
Penerbit
*****************************
Sejarah tidak layak untuk dilupakan begitu saja. Pak Habibie menganggap, peristiwa Reformasi adalah catatan terpenting kehidupan bangsa Indonesia, termasuk detik-detik pergantian kekuasaan 21 Mei 1998.
Mengingat bahwa buku ini ditulis berdasarkan catatan harian beliau dan komentar berbagai surat kabar nasional pada masa itu maka buku ini seolah-olah merupakan rekaman ulang sebuah realitas politik yang amat mencekam saat itu. Meskipun demikian sisi-sisi kelembutan, di tengah-tengah ketegasan sikapnya, seorang anak bangsa yang bernama B.J. Habibie sangat jelas tergambarkan pula di dalam buku ini. (Hermawan K. Dipojono)
Tokoh yang dengan reformasi berubah dari wakil presiden menjadi presiden dan kemudian meninggalkan kursi kepresidenannya dengan bibir yang tersenyum dan kepala yang tegak. Semua berlaku dengan konstitusional, damai, tanpa setetes darahpun yang tertumpahkan, dan kemudian membuka pintu lebar-lebar untuk para pemimpin penerusnya agar dapat mengisi momentum-momentum yang hadir dengan lebih sukses. (Hidayat Nur Wahid)
Banyak hal yang sangat menarik dari buku B.J. Habibie "Detik-Detik yang Menentukan", banyak juga yang menarik dari kepribadian penulisnya, setelah membaca buku itu. Namun demikian tidak meleset jika disimpulkan bahwa: "Buku dan penulisnya menyatu dalam kata "Demokrasi". Itulah uraian buku ini dan itu pula kunci kepribadian penulisnya yang taat beragama Islam itu. Dengan demikian terbukti bahwa tidak ada pertentangan sedikit pun antara penegakan demokrasi dan pelaksanaan ajaran Islam. (M. Quraish Shihab)
As those move further into the past, the scale and scope of Habibie's achievement seems ever more astounding and surprising. How was it that an administrative technologist with weak political skills and almost no political support could change Indonesia so rapidly, decisively and fundamentally, and in ways that no one could have expected? (Robert.E. Elson)
Kesalahfahaman seolah-olah Presiden Habibie menciptakan "bom waktu disintegrasi" melalui kebijakan desentralisasinya adalah sesuatu yang berangkat dari argumen yang keliru dan tidak berdasar. (Ryaas Rasyid)
Whether one believes in the 'Great Man' or 'Great Idea' concept of leadership, Pak Habibie succeeded, within the shortest time possible, in mobilizing every resource that was available, to launch a 'new Indonesia'. (Bilveer Singh)
*****************************
Biodata
Bacharuddin Jusuf Habibie
Prof.Dr.Ing.-Dr.Sc.H.C.Mult.Bacharuddin
Jusuf Habibie, lahir di Parepare ( Sulawesi Selatan) Indonesia, pada
tanggal 25 Juni 1936. Anak ke-4 dari sembilan putra-putri keluarga Alwi
Abdul Djalil Habibie dan R.A.Tuti Marini Puspowardoyo. Ia hanya kuliah
selama satu tahun di Institut Teknologi Bandung (ITB), karena pada tahun
1955, ia dikirim oleh ibunya untuk belajar di Rhenisch Wesfalische
Tehnische Hochscule,Aachen, Jerman. B. J. Habibie menikah dengan
dr.Hasri Ainun Habibie, anak ke-4 dari delapan bersaudara, keluarga Haji
Mohammad Besari, pada bulan tanggal 12 Mei 1962 dan dikarunia dua putra
dan lima cucu.
Setelah belajar di Jerman selama lima
tahun, B.J.Habibie memperoleh Diplom-Ingenieur dengan prestasi cum laude
dari Fakultas Teknik Mesin jurusan Desain dan Konstruksi pesawat
terbang. B.J. Habibie muda, seorang muslim taat yang sering berpuasa
sunnah Senin dan Kamis, memperoleh gelar Doctor Ingenieur di fakultas
teknik mesin, jurusan Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang dengan
predikat summa cum laude.
B.J. Habibie mengawali karir
di Jerman dengan menjadi Kepala Penelitian dan Pengembangan pada
Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg (1965-1969)
kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri
pesawat terbang komersial dan militer di MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen
(1969-1973). Menjadi Wakil Presiden sekaligus Direktur Teknologi MBB
Gmbh, Hamburg dan Munchen (1973-1978), Penasihat Senior bidang teknologi
untuk Dewan Direktur MBB (1978). Sebelumnya, tahun 1977, B. J. Habibie
menerima gelar Profesor dari Institut Teknlogi Bandung (ITB) dengan orasi ilmiah mengenai Konstruksi Pesawat Terbang.
Dalam
rangka memenuhi panggilan tanah airnya, pada tahun 1974 B.J. Habibie
kembali ke Indonesia. Dia memulai karirnya sebagai penasihat pemerintah
bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Tugas ini diembannya
sampai tahun 1978. Setelah itu, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset
dan Teknologi sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Ia mengemban tugas ini selama lima periode Kabinet Pembangunan
yang berakhir pada tahun 1998. Ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan
Riset Nasional.
Sebelum Pemilu 1997, B.J. Habibie
menyampaikan kepada keluarga dan sahabat-sahabat terdekatnya, bahwa ia
berencana mengundurkan diri setelah masa bhakti di Kabinet Pembangunan
VI berakhir. Namun, manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Pada
tanggal 11 Maret 1998, melalui Sidang Umum MPR, ia diangkat sebagai
Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-7.
Pada
waktu yang bersamaan, krisis ekonomi melanda kawasan Asia termasuk
Indonesia. Krisis ini pula mengakibatkan munculnya krisis politik dan
kepercayaan di Indonesia. Krisis berlanjut yang lebih parah itu
mendorong rakyat Indonesia menuntut reformasi total. Akhirnya 21 Mei
1998, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Berdasarkan
pasal 8 UUD 1945, pada hari yang sama B.J. Habibie diambil sumpahnya
sebagai Presiden Republik Indonesia ke-3, di depan Ketua Mahkamah Agung
dan seluruh jajarannya.
Presiden B. J. Habibie
memangku jabatan presiden selama 512 hari. Di bawah kepemimpinannya.
Bangsa Indonesia bukan hanya sukses melaksanakan Pemilu multi partai
yang bebas dan adil pada 7 Juni 1999, tetapi juga sukses membawa
perubahan signifikan pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di
Indonesia.
B.J. Habibie menerima 17 medali penghargaan
dari dalam negeri dan 16 dari dunia internasional. Termasuk yang
diterimanya adalah Grand Officer De la Legion D'honneur, penghargaan
tertinggi pemerintah Prancis atas jasa-jasa dan kontribusinya pada
pengembangan teknologi di Indonesia, 1997; Das Grosskreuz, penghargaan
tertinggi pemerintah Jerman atas jasa-jasanya dalam membina hubungan
antara Indonesia dan Jerman; Penghargaan Edward Warner Award yang
dipersembahkan oleh Dewan Eksekutif organisasi internasional penerbangan
sipil (ICAO) pada tahun 1994; Bintang Kehormataan , La Gran Crus de la
Orden del Merito Civil, dari pemerintah kerajaan Spanyol pada tahun
1987. Ia juga menerima sejumlah doktor penghargaan ( Dodor of Honoris
Causa ) dari beberapa universitas ternama dunia, antara lain: Cranfield
Institute of Technology, Inggris; Chungbuk University, Korea dan
beberapa universitas lainnya.
Selama kariernya, ia
memegang 47 jabatan penting seperti : Direktur Utama PT. Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Direktur Utama Industri Perkapalan
PT.PAL, Direktur Utama Industri Senjata Ringan (PINDAD), Kepala Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala Badan Pengelola
Industri Strategis (BPIS), Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI). Sejak 1997, ia memangku jabatan sebagai Presiden
Forum Internasional Islam untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sumber
Daya Manusia (IIFTIHAR), sampai saat ini B.J. Habibie Pendiri dan Ketua
Dewan Pembina The Habibie Center, sejak 1999.
Sejak
2000, B.J. Habibie juga menjadi anggota sejumlah organisasi
internasional non pemerintah, antara lain: The Inter-Action Council,
sebuah organisasi yang beranggotakan kurang lebih 40 mantan Kepala
Negara dan Kepala Pemerintahan dari berbagai negara. Ia juga anggota
Liga Muslim Dunia ( Rabhitah 'Alam Islami) sejak 2001, organisasi ini
berkantor pusat di Mekkah, Arab Saudi. Anggota The National Academic of
Engineering, Amerika Serikat. Yang terbaru, ia menjadi salah satu
pendiri Asosiasi Internasional Bidang Kolegium pakar Etika dan Politik
yang didirikan di Bled,Slovenia. Organisasi ini beranggotakan sejumlah
pakar dari berbagai negara.
B.J. Habibie terlibat
dalam berbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang antara lain:
Fokker F 28, Transall C-130 (transport militer), Hansa Jet 320 (jet
eksekutif). Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dengan
teknologi mendarat dan lepas landas vertikal), CN-235, N- 250 (pesawat
dengan teknologi Fly-By-Wire). Ia secara tidak langsung terlibat dalam
proyek perhitungan dan desain Helikopter jenis BO-105, Pesawat Tempur
dengan multi peran, beberapa peluru kendali dan satelit.
B.J.
Habibie telah mempublikasikan sejumlah karya ilmiah dalam bidang
thermodinamika, konstruksi, instatasi aerodinamika, dan mekanika fraktur
pesawat terbang.
***********************************
Deskripsi :
Judul : Detik-Detik yang Menentukan
Judul Asli : -
Penerbit : THC Mandiri
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Ukuran : 15 x 21 cm
Halaman : 549 hal
Cover : SC
ISBN : 979-99386-6-X
Cetakan Kedua, September 2006
DAFTAR ISI :
Pengantar ... i
Prolog ... 1
Bab 1 Menjelang Pengunduran Diri Pak Harto ... 31
Bab 2 100 Hari Pertama Menghadapi Masalah Multikompleks dan Multidimensi ... 69
Bab 3 Antara 100 Hari Pertama dan 100 Hari Terakhir, Sebelum Pemilihan Presiden ke-4 RI ... 159
Bab 4 Seratus Hari Sebelum Pemilihan Presiden ke-4 RI ... 301
Epilog ... 447
Lampiran ... 510
Akronim ... 523
Glosari ... 529
Indeks ... 536
Biodata ... 546
Tidak ada komentar:
Posting Komentar